Keajaiban di Tengah Maut, Allah SWT Lindungi Satu-Satunya Penumpang Selamat
Mediapreskpktipikor Yogyakarta,14/6/2025 – Di tengah kepanikan, kobaran api, dan jeritan maut dari 260 korban jiwa, sebuah keajaiban luar biasa terjadi. Seorang pria, Ramesh Viswashkumar (40), menjadi satu-satunya penumpang yang selamat dari tragedi jatuhnya pesawat Air India AI171 yang menghantam asrama mahasiswa di dekat Bandara Internasional Ahmedabad, India, pada 12 Juni 2025.
Viswashkumar duduk di kursi 11A, tepat di samping pintu darurat pesawat Boeing 787-8 Dreamliner yang nahas itu. Ketika pesawat menghantam tanah dan tubuhnya terguncang hebat, ia merasa bahwa ajalnya telah tiba. Namun takdir berkata lain.“Saya kira saya akan mati. Tapi ketika membuka mata, saya sadar saya masih hidup… Saya langsung membebaskan diri dari sabuk pengaman dan mendobrak pintu darurat yang sudah rusak,” ujarnya dalam suara gemetar kepada DD News, dikutip dari Reuters, Jumat (13/6).
Keajaiban itu bukan hanya soal selamat. Viswashkumar menyaksikan sendiri pemandangan mengerikan—tubuh-tubuh yang tak lagi bernyawa, termasuk para pramugari yang tergeletak tak bergerak di antara puing-puing logam dan api yang berkobar.“Saya melihat mayat-mayat. Saya melihat pramugari sudah meninggal tepat di depan saya. Saya tak bisa melupakan wajah mereka…” katanya lirih. Menurut Viswashkumar, pesawat berusaha menaikkan ketinggian dengan suara mesin yang menderu keras. Namun, hanya dalam hitungan detik, pesawat menabrak gedung asrama dengan kecepatan tinggi dan langsung terbakar. Dalam kekacauan itu, instingnya membawa ia ke luar—kehidupan yang diselamatkan, mungkin oleh kuasa Ilahi.
Tragedi ini menewaskan 260 orang, termasuk sejumlah korban di daratan, dan menjadi salah satu kecelakaan udara paling mematikan dalam sejarah India modern. Pihak berwenang India masih melakukan investigasi menyeluruh terkait penyebab insiden tersebut. Keajaiban Serupa di Balik Tragedi Dunia Kisah Viswashkumar mengingatkan kita pada beberapa peristiwa menggetarkan serupa dalam sejarah penerbangan:
Juliane Koepcke, satu-satunya yang selamat dari LANSA Flight 508 yang jatuh di hutan Amazon pada 1971, bertahan hidup 11 hari di alam liar sebelum ditemukan.Bahia Bakari, gadis 14 tahun yang menjadi satu-satunya penyintas dari Yemenia Flight 626 pada 2009, berenang semalaman di laut lepas sebelum diselamatkan.Tragedi Syracuse (1945): Sebuah pesawat Eastern Airlines bertabrakan dengan pembom B-25. Hanya satu penumpang yang selamat setelah pesawat mendarat darurat di ladang jagung. Penerbangan Eastern 537 (1949): Dari 55 penumpang, semua tewas kecuali Eric Rios Bridaux, pilot pesawat tempur yang terlibat tabrakan. Kisah-kisah ini, termasuk Ramesh Viswashkumar, menjadi pengingat bahwa di tengah kehancuran, masih ada secercah harapan. Mungkin, ada tangan Tuhan yang menyelamatkan. Mungkin pula, takdir belum selesai menuliskan perjalanan mereka. “Tragedi Udara Air India: Penumpang Selamat Ungkap Keajaiban dan Kuasa Ilahi—Lindungan Allah SWT Hadir di Tengah Maut”
Analisis dari sudut Pandangan agama Islam tentang kematian Tragedi pesawat udara Penumpang Selamat Kematian dan Keselamatan: Antara Takdir, Kasih Ilahi, dan Kesadaran Spiritual.
Kematian: Gerbang Awal Menuju Kehidupan Hakiki.Dalam perspektif ajaran Islam, kematian bukanlah akhir dari kehidupan, melainkan pintu menuju dimensi kehidupan yang lebih hakiki—alam ruh dan akhirat. Kematian adalah manifestasi (tajalli) dari kehendak Allah SWT yang absolut atas segala sesuatu, termasuk hidup dan mati manusia. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya: “Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. Al-Ankabut: 57)
Dengan demikian, kematian adalah momen sakral pertemuan antara hamba dan Sang Khalik. Seseorang yang belum wafat bukan berarti terbebas dari kematian, melainkan karena takdirnya belum tiba. Semua itu adalah bagian dari rahasia Ilahi (sirr Ilahi) yang tak terjangkau oleh logika manusia. Takdir dan Keajaiban: Dimensi Ilahiyah dalam Tragedi.Dalam peristiwa tragis seperti kecelakaan pesawat, Islam mengajarkan bahwa keselamatan seseorang bukanlah hasil dari kebetulan semata, melainkan bagian dari takdir dan perlindungan Ilahi. Allah SWT berfirman: “Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Dia menghendaki kebaikan bagimu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya.” (QS. Yunus: 107) Kasih sayang Allah yang bersifat Rahman dan Rahim dapat hadir bahkan di detik-detik antara hidup dan mati. Dalam konteks spiritual, keselamatan di tengah tragedi bisa dianggap sebagai bentuk karamah—pertolongan ghaib bagi mereka yang berada dalam zikir dan penyerahan total kepada-Nya
Hadis Nabi: Tawakkal sebagai Benteng Perlindungan Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi).Hadis ini dalam pandangan tasawuf dipahami secara mendalam. Hati yang terus menerus terhubung dengan Allah melalui zikir dan kesadaran spiritual (muraqabah), akan mendapatkan penjagaan dari-Nya dalam berbagai keadaan, termasuk situasi kritis seperti kecelakaan. Tawakkal bukan hanya sikap pasrah, tapi juga bentuk keintiman ruhani yang melahirkan ketenangan dan perlindungan Ilahi. Keajaiban dan Ma’rifatullah di Tengah Tragedi. Banyak korban selamat dari kecelakaan menyatakan bahwa mereka merasa ada “kuasa tak terlihat” yang menjaga mereka. Dalam tradisi tasawuf, pengalaman semacam ini dikenal sebagai kasyf—tersingkapnya tirai batin yang memungkinkan seseorang merasakan kehadiran Tuhan secara lebih nyata. Keselamatan dalam bentuk tubuh yang utuh, tidak terluka, atau tiba-tiba terlempar ke tempat aman adalah isyarat spiritual bahwa kuasa Allah melampaui batas logika dan nalar manusia. Fenomena ini bukan untuk disensasionalisasi, melainkan direnungkan sebagai hikmah Ilahiyah. Selamat dari Maut: Momentum Tazkiyatun Nafs.
Dalam pandangan tasawuf, lolos dari maut bukanlah alasan untuk berbangga, tetapi sinyal cinta dari Allah agar hamba-Nya memperdalam tazkiyatun nafs (penyucian diri) dan meningkatkan ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah). Allah SWT berfirman: “Dan tidak ada suatu musibah pun yang menimpa kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS. At-Taghabun: 11).
Keselamatan menjadi momen kontemplatif yang mendorong manusia untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta, bukan hanya dengan lisan, tapi melalui transformasi batin yang nyata. Tragedi sebagai Ayat Kauniyah. Tragedi kecelakaan yang menyisakan kisah-kisah keselamatan luar biasa bukan sekadar peristiwa biasa. Dalam Islam, peristiwa semacam itu merupakan ayat kauniyah—tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta yang mengundang manusia untuk merenung dan kembali kepada-Nya. Dari sudut pandang teologis dan sufistik, dapat disimpulkan bahwa:Kematian adalah takdir yang telah ditetapkan, bukan kebetulan.Keselamatan merupakan manifestasi kasih sayang Allah SWT.Setiap peristiwa besar mengandung hikmah dan pelajaran ruhani.Orang-orang yang selamat sepatutnya menjadikan momen itu sebagai titik balik untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT.Dengan demikian, kehidupan setelah tragedi bukan hanya tentang kelangsungan hidup secara fisik, tapi tentang kebangkitan ruhani menuju kehidupan yang lebih bermakna. (Dr.Marwan.S.Ag.SH.AP.M.Hum.MA. Alumni Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung)
Posted in Nasional